Banjarese.com, BANJARMASIN – Meski Pilgub Kalsel 2024 masih lama, namun sejumlah tokoh Banua sudah mencuat ke permukaan.
Salah satu sosok yang menjadi sorotan publik adalah Muhammad Rifqinizamy Karsayuda.
Ia merupakan anggota Komisi II DPR RI Dapil Kalsel.
Pria yang akrab disapa Bang Rifqi ini lahir di Barabai, 6 November 1982.
Secara kompetensi, Bang Rifqi tak perlu diragukan lagi.
Wajahnya pun kerap tampil di media lokal maupun nasional.
Terbaru, Bang Rifqi diundang sebagai narasumber pada acara televisi nasional CNN Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Bang Rifqi memaparkan sederet langkah awal yang harus dilakukan kepala otorita IKN Nusantara.
Selain itu, sejumlah proyek strategis nasional maupun yang bersumber dari APBN lainnya juga berhasil dikawalnya.
Apalagi saat dirinya menjabat sebagai anggota Komisi V DPR RI.
Sebut saja seperti Bendungan Tapin, Jembatan Sei Alalak, revitalisasi kawasan Sekumpul, pelebaran jalan Marabahan-Margasari, hingga megaproyek Bendungan Riam Kiwa yang tengah berlangsung.
Wajar jika namanya masuk bursa calon gubernur Kalsel di Pilkada 2024 mendatang.
Bahkan belum lama tadi, Pengamat Politik dan Kebijakan Publik FISIP ULM, Samahuddin Muharram menyebutkan Bang Rifqi bisa menjadi representasi generasi milenial.
“Rifqi bisa menjadi representasi milenial,” ucap Samahuddin Muharram kepada Banjarese.com.
Kendati demikian, masih ada sederet nama yang berkemungkinan maju di kontestasi lima tahunan tersebut.
Di antaranya H. Muhidin, Pangeran Khairul Saleh, Mardani H. Maming, Zairullah Azhar, Ibnu Sina dan Aditya Mufti Ariffin.
Samahuddin bilang Ibnu Sina masuk nominasi cawagub potensial di Pilgub Kalsel 2024 nanti.
“Ibnu Sina mungkin masuk nominasi cawagub potensial dan akan mendapat tawaran dari cagub yang akan datang,” kata Samahuddin.
Terlebih, Ibnu Sina merupakan ketua DPD Partai Demokrat Kalsel.
“Beliau wali kota dua periode dan hari ini menjabat ketua DPD Partai Demokrat,” tegasnya.
Meski begitu, para calon pasti memiliki hitung-hitungan politik.
Mengingat, nanti akan menghadapi dua kontestasi yang hampir bersamaan, yakni pileg dan pilkada.
“Dengan waktu yang sangat singkat, maka akan menjadi hitung-hitungan para politisi.”
“Di sini nanti akan kelihatan para calon, apakah memilih pileg atau pilkada. Kalau maju caleg tidak lolos, maka besar kemungkinan akan bertarung di pilkada. Tapi kalau lolos di pileg, maka mungkin situasinya akan berbeda,” tutupnya.