Pada tahun 2024, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Sekitar 70 persen bonus demografi, didominasi masyarakat usia 15-60 tahun.
Surakarta, Gesuri.id – Anggota DPR RI M. Rifqinizamy Karsayuda meminta bonus demografi diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan.
Pada tahun 2024, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Sekitar 70 persen bonus demografi, didominasi masyarakat usia 15-60 tahun.
Menurutnya, konteks kependudukan usia produktif tersebut, masuk fase kerja yang bisa menghasilkan banyak karya. Namun, harus diimbangi peran pemerintah bagui dunia pendidikan. Terutama menyiapkan saluran pendidikan yang tepat. Pada akhirnya menyiapkan ladang atau lapangan kerja.
Menurut politisi PDI Perjuangan itu, kata kunci menghadapi persaingan global dan bonus demografi tersebut, yakni perbaikan dunia pendidikan. Perguruan tinggi harus mampu bergerak dan bekerja dengan keserasian, kesesuaian, serta kompatibel. Karena hampir 40 persen dari total penduduk di Indonesia, sudah mendapatkan gelar sarjana.
“Dulu sarjana itu hal yang mewah. Namun sekarang, gelar doktor menjamur di mana-mana. Itu artinya, pendidikan formal sudah terbuka. Beasiswa terbuka di mana-mana. Tinggal mau tidak kita mengambilnya?” kata Rifqinizamy dalam seminar nasional di Univesitas Surakarta (Unsa), kemarin (28/6).
Negara termasuk legislatif, diberi mandat oleh konstitusi, agar menyediakan 20 persen APBN dan APBD untuk sektor pendidikan. Dalam konteks pendidikan, perguruan tinggi diberi porsi yang sesuai. M. Rifqinizamy optimistis, ke depan anggaran tersebut akan naik sekitar 30-40 persen.
“Anggaran untuk KIP (Kartu Indonesia Pintar) bagi perguruan tinggi di Karanganyar cukup besar. Agar mahasiswa tidak terbebani dengan biaya. Anggaran beasiswa untuk melanjutkan kuliah juga semakin besar. Sehingga mahasiswa yang punya mimpi untuk melanjutkan pendidikan, semakin terbuka lebar,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Surakarta Astrid Widayani menambahkan, pendidikan tidak hanya berperan untuk menciptakan agent of change. Karena pemahaman pembelajaran setiap generasi itu berbeda.
Maka, pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Nah, melalui pendidikan inklusi, akan tercipta pendidikan untuk semua kalangan dan penerimaan atas perbedaan.
“Seringkali masyarakat salah pengertian terkiat inklusif dan ekslusif. Pergerakan inklusif dapat dilakukan oleh guru atau dosen. Termasuk oleh peserta didik atau mahasiswa, yang dibarengi dengan institusinya,” bebernya.