KOMISI V DPR RI tengah mengusulkan pembangunan bandar udara atau bandara skala menengah di kawasan Banua Anam, terlebih zona Hulu Sungai ini berbatasan langsung dengan ibukota negara baru di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
ANGGOTA Komisi Infrastruktur dan Perhubungan DPR RI, Muhammad Rifqinizamy Karsayuda mengungkapkan wacana pembangunan bandara sebenarnya sudah lama berembus, setelah rapat dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di DPR RI, beberapa waktu lalu, kembali digaungkan.
“Kami membicarakan kawasan penyangga ibukota negara, salah satu kawasan penyangganya adalah Banua Anam atau Hulu Sungai. Selain berbatasan langsung dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara, tepatnya di kawasan Sepaku, kami ingin mendesain Kalsel memiliki keunggulan berbasis kawasan,” kata Rifqinizamy Karsayuda saat dikontak jejakrekam.com, Senin (17/11/2019).
Legislator PDI Perjuangan ini menyebut kawasan Banua Anam memiliki persoalan aksestabilitas, sebab tidak memiliki pelabuhan sungai besar karena tepat berada di jantung Banua.
“Arus barang jasa dan orang sangat terbatas, mengandalkan daerah lain, ke depan kawasan Banua Anam harus memiliki bandara. Bandara itu dalam kajian kualitatif paling memungkinkan berada di tengah-tengah, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah atau di Barabai,” papar mantan dosen Fakultas Hukum ULM ini.
Aktivis HMI ini mengatakan wacana pembangunan bandara di kawasan Banua Anam dibicarakan secara serius dengan Kemenhub, beberapa waktu ini.
Kata Rifqi, lokasi tepat bandara nantinya akan ditentukan tiga aspek yaitu teknikal, aspek ekonomi dan sosial budaya. “Aspek teknikal akan mengecek di mana cocoknya,bagaimana jalur udara di (lokasi) itu bisa mendukung bandara. Sedangkan, aspek ekonomi, akan berbicara tentang tingkat okupansi penumpang termasuk akses ke kabupaten lain,” imbuhnya.
Terpisah, Wakil Bupati HST terpilih Berry Nahdian Forqan menyambut baik wacana pembangunan bandara di kawasan Banua Anam. Menurut Berry, kawasan Banua Anam diperlukan infrastruktur vital untuk menunjang akselerasi pembangunan di daerah itu.
“Saya secara pribadi sangat mendukung dan sepakat wacana pembangunan bandara ini. Kami memang harus memiliki perencanaan terstruktur dan terkoneksi secara regional di Banua Anam, misalnya bandara dibangun di Barabai, stadion di Kandangan, rumah sakit besar dibangun di Balangan,” ucap Sekretaris PWNU Kalsel ini.
Bagi mantan Direktur Eksekutif Walhi Nasional, dengan dipilihnya kawasan Kukar dan Paser Penajam Utara menjadi ibukota negara, maka perencanaan terstruktur dan pembangunan objek strategis di kawasan Banua Anam menjadi sebuah keharusan.
“Pembangunan ibukota negara tentu membutuhkan banyak hal seperti sumber daya manusia (SDM), pangan, pariwisata dan seterusnya. Kami siap mendukung dan membantu gagasan itu agar terwujud,” ungkap Berry.
Lantas bagaimana skema anggaran untuk mewujudkan pembangunan terintegrasi di kawasan Banua Anam? Kandidat doktor Unair Surabaya ini menilai tidak bisa hanya mengandalkan hanya dengan APBD kabupaten dan APBD provinsi.
Berry berpendapat anggaran untuk pembangunan objek strategis di Kawasan Banua Anam harus keroyokan dari anggaran APBD kabupaten, APBD provinsi plus APBN.
“Sebagai daerah penyangga ibukota negara, Banua Anam harus berkembang, jangan mengulang kesalahan membangun Jakarta sebagai ibukota negara, namun lambat membangun daerah sekitarnya. Nah membangun IKN di Kaltim harus diiringi membangun daerah sekitarnya,” tandas Berry.(jejakrekam)
Sumber: http://jejakrekam.com